BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Hernia Nukleus Pulposus (HNP) adalah
suatu keadaan dimana sebagian atau keseluruhan dari nukleus pulposus yang
terdapat di tengah-tengah diskus intervertebralis menonjol keluar dari bagian
yang lemah pada diskus kedalam kanalis spinalis gangguan akibat merembes atau
melelehnya (hernia) lapisan atau bantalan permukaan ruas tulang belakang
(nucleus pulposus) dari ruang antar ruas tulang (discus intervertebralis). Hernia
Nucleus Pulposus (HNP) atau dikenal juga dengan Prolapsed Intervertebral Disc
(PID) adalah suatu penyakit dimana bantalan lunak diantara ruas-ruas tulang
belakang (soft gel disc atau Nucleus Pulposus) mengalami tekanan dan pecah,
sehingga terjadi penyempitan dan terjepitnya urat-urat syaraf yang melalui
tulang belakang kita.
Penyakit ini dapat terjadi pada seluruh ruas tulang belakang kita mulai dari tulang leher sampai tulang ekor (cervical, thoracal, lumbal atau sacrum). Daerah sakitnya tergantung di mana terjadi penjepitan, semisal di leher maka akan terjadi migrain atau sakit sampai ke bahu. Bisa juga terjadi penjepitan di tulang ekor, maka akan terasa sakit seperti otot tertarik pada bagian paha atau betis, kesemutan, bahkan sampai pada kelumpuhan. Penyakit ini juga sering terjadi pada daerah L4-L5 dan L5 –S1 kemudian pada C5-C6 dan paling jarang terjadi pada daerah torakal, sangat jarang terjadi pada anak-anak dan remaja tapi kejadiannya meningkat dengan umur setelah 20 tahun.
Penyakit ini dapat terjadi pada seluruh ruas tulang belakang kita mulai dari tulang leher sampai tulang ekor (cervical, thoracal, lumbal atau sacrum). Daerah sakitnya tergantung di mana terjadi penjepitan, semisal di leher maka akan terjadi migrain atau sakit sampai ke bahu. Bisa juga terjadi penjepitan di tulang ekor, maka akan terasa sakit seperti otot tertarik pada bagian paha atau betis, kesemutan, bahkan sampai pada kelumpuhan. Penyakit ini juga sering terjadi pada daerah L4-L5 dan L5 –S1 kemudian pada C5-C6 dan paling jarang terjadi pada daerah torakal, sangat jarang terjadi pada anak-anak dan remaja tapi kejadiannya meningkat dengan umur setelah 20 tahun.
2.2 Penyebab
Penyebab
HNP sendiri bermacam-macam, mulai dari gerakan yang salah sehingga tulang
punggung mengalami penyempitan kebawah, ada juga yang karena sering membawa
beban berat pada masa pertumbuhan sehingga pada saat dewasa tulang punggungnya
menyempit dan menjepit saraf, dan juga kebiasaan sikap tubuh yang salah selama bertahun-tahun
sehingga terjadi penyempitan pada tulang punggung dan penjepitan pada saraf.
Dapat juga disebabkan oleh faktor pekerjaan dan aktivitas misalnya duduk yang
terlalu lama, mengangkat atau menarik barang-barang berat, sering membungkuk
atau gerakan memutar pada punggung, latihan fisik yang terlalu berat, paparan
pada vibrasi yang konstan seperti supir, dan lain-lain. Hal-hal berikut juga
dapat menyebabkan HNP yaitu olahraga yang tidak teratur, mulai latihan setelah
lama tidak berlatih, latihan yang berat dalam jangka waktu yang lama. merokok
dimana nikotin dan racun-racun lain dapat mengganggu kemampuan diskus untuk
menyerap nutrient yang diperlukan dalam darah serta berat badan berlebihan,
terutama beban ekstra di daerah perut dapat menyebabkan strain pada punggung
bawah.
2.3 Anatomi
dan Fisiologi
Medula spinalis merupakan jaringan
saraf berbentuk colum vertical yang terbentang dari dasar otak, keluar dari
rongga cranium melalui foramen magnum, masuk ke canalis sampai setinggi segmen
lumbal 2. Medulla spinalis terdiri dari 31 pasang saraf spinalis (kiri dan
kanan) yang terdiri atas : 8 pasang saraf cervical, 5 pasang saraf thorakal, 5
pasang saraf lumbal, 5 pasang saraf sacral dan 1 pasang saraf cogsigeal. Penampang
melintang medulla spinalis memperlihatkan bagian bagian yaitu substansia grisea
(badan kelabu) dan substansia alba. Substansia grisea mengelilingi canalis
centralis sehingga membentuk kolumna dorsalis, columna lateralis dan columna
ventralis. Columna ini menyerupai tanduk yang disebut conv. Substansia alba
mengandung saraf myelin (akson). Kolumna vertebralis tersusun atas seperangkat
sendi antar corpus vertebra yang berdekatan, sendi antar arkus vertebra, sendi
kortovertebralis, dan sendi sakroiliaka. Ligamentum longitudinal dan discus intervertebralis
menghubungkan corpus vertebra yang berdekatan. Diantara corpus vertebra mulai
dari cervikalis kedua sampai vertebra sakralis terdapat discus
intervertebralis. Discus-discus ini membentuk sendi fobrokartilago yang lentur
antara dua vertebra. Discus intervertebralis terdiri dari dua bagian pokok :
nucleus pulposus di tengah dan annulus fibrosus disekelilingnya. Discus
dipisahkan dari tulang yang diatas dan dibawahnya oleh lempengan tulang rawan
yang tipis. Diskus intervertebralis menghubungkan korpus vertebra satu sama
lain dari servikal sampai lumbal/sacral. Diskus ini berfungsi sebagai penyangga
beban dan peredam kejut. Diskus intervertebralis terdiri dari dua bagian utama
yaitu :
a. Annulus fibrosus, yang terbagi menjadi tiga lapis yaitu lapisan terluar terdiri dari lamella fibro kolagen yang berjalan menyilang konsentris mengelilingi nucleus pulposus sehingga bentuknya seakan-akan menyerupai gulungan per, lapisan dalam terdiri dari jaringan fibro kartilagneus, dan daerah transisi. Serat annulus dibagian anterior diperkuat oleh ligament longitudinal anterior yang kuat sehingga discus intervertebralis tidak mudah menerobos daerah ini. Pada bagian posterior serat-serat annulus paling luar dan tengah sedikit dan ligamentum longitudinal posterior kurang kuat sehingga mudah rusak. Mulai daerah lumbal 1 ligamentum longitudinal posterior makin mengecil sehingga pada ruang intervertebra L5-S1 tinggal separuh dari lebar semula sehingga mengakibatkan mudah terjadinya kelainan didaerah ini.
a. Annulus fibrosus, yang terbagi menjadi tiga lapis yaitu lapisan terluar terdiri dari lamella fibro kolagen yang berjalan menyilang konsentris mengelilingi nucleus pulposus sehingga bentuknya seakan-akan menyerupai gulungan per, lapisan dalam terdiri dari jaringan fibro kartilagneus, dan daerah transisi. Serat annulus dibagian anterior diperkuat oleh ligament longitudinal anterior yang kuat sehingga discus intervertebralis tidak mudah menerobos daerah ini. Pada bagian posterior serat-serat annulus paling luar dan tengah sedikit dan ligamentum longitudinal posterior kurang kuat sehingga mudah rusak. Mulai daerah lumbal 1 ligamentum longitudinal posterior makin mengecil sehingga pada ruang intervertebra L5-S1 tinggal separuh dari lebar semula sehingga mengakibatkan mudah terjadinya kelainan didaerah ini.
b. Nucleus
pulposus, yang merupakan bagian tengah discus yang bersifat semigetalin,
nucleus ini mengandung berkas-berkas kolagen, sel jaringan penyambung dan
sel-sel tulang rawan. Juga berperan penting dalam pertukaran cairan antar
discus dan pembuluh-pembuluh kapiler. Nukleus pulposus adalah suatu gel yang
mengandung kadar air yang tinggi (80%) dan mempunyai sifat sangat higroskopis.
Nukelus pulposus berfungsi sebagai bantalan dan berperan menahan tekanan/beban.
Kemampuan menahan air dan dari nukleus pulposus berkurang secara progresif
dengan bertambahnya usia 20 tahun terjadi perubahan degenerasi yang ditandai
dengan penurunan vaskularisasi kedalam diskusi disertai berkurangnya kadar air
dalam nukleus sehingga diskus mengkerut, sebagai akibatnya nukelus menjadi kurang
elastis. Pada diskus yang sehat, bila mendapat tekanan maka nukleus pulposus
menyalurkan gaya tekan kesegala arah dengan sama besar. Kemampuan menahan air
mempengaruhi sifat fisik dari nukleus. Penurunan kadar air nukleus mengurangi
fungsinya sebagai bantalan, sehingga bila ada gaya tekan maka akan disalurkan
ke annulus secara asimetris akibatnya bisa terjadi cedera atau robekan pada
annulus.
2.4 Patogenesis
Daerah lumbal adalah daerah yang paling sering mengalami
hernisasi pulposus, kandungan air diskus berkurang bersamaan dengan
bertambahnya usia. Selain itu serabut menjadi kotor dan mengalami hialisasi
yang membantu perubahan yang mengakibatkan herniasi nukleus purpolus melalui
anulus dengan menekan akar – akar syaraf spinal. Pada umumnya harniassi paling
besar kemungkinan terjadi di bagian koluma yang lebih mobil ke yang kurang
mobil (Perbatasan Lumbo Sakralis dan Servikotoralis) (Sylvia,1991, hal.249).
Sebagian besar dari HNP terjadi pada
lumbal antara VL 4 sampai L 5, atau L5 sampai S1. arah herniasi yang paling
sering adalah posterolateral. Karena radiks saraf pada daerah lumbal miring
kebawah sewaktu berjalan keluar melalui foramena neuralis, maka herniasi discus
antara L 5 dan S 1.
Perubahan degeneratif pada nukleus
pulpolus disebabkan oleh pengurangan kadar protein yang berdampak pada
peningkatan kadar cairan sehingga tekanan intra distal meningkat, menyebabkan
ruptur pada anulus dengan stres yang relatif kecil.
Sedang M. Istiadi (1986) mengatakan
adanya trauma baik secara langsung atau tidak langsung pada diskus inter
vertebralis akan menyebabkan komprensi hebat dan transaksi nukleus pulposus
(HNP). Nukleus yang tertekan hebat akan mencari jalan keluar, dan melalui
robekan anulus tebrosus mendorong ligamentum longitudinal terjadilah herniasi.
Patogenesis HNP tidak hanya melibatkan
proses mekanik tetapi juga proses inflamasi. Proses mekanik dimulai tingkat
hidrasi nukleus pulposus yang berkurang dan kekuatan ligamen melemah hingga
struktur anulus fibrosus yang irregular terutama di bagian posterior. Munculnya
molekul-molekul proinflamasi semakin memperburuk degenerasi diskus. Akibatnya,
nukleus pulposus "keluar" dari tempatnya.
2.5 Prosedur
Diagnosis
Ada
berbagai macam prosedur diagnosis yang dapat dilakukan untuk mengetahui apakah
kita mengalami HNP atau tidak, yaitu :
a.
Laboratorium
melalui pemeriksaan daerah rutin dan cairan cerebrospinal.
b.
Foto
polos lumbosakral dapat memperlihatkan penyempitan pada keping sendi.
c.
CT
scan lumbosakral dapat memperlihatkan letak disk protusion.
d.
MRI
dapat memperlihatkan perubahan tulang dan jaringan lunak di vertebra serta
herniasi.
e.
Myelogram
dapat menunjukkan lokasi lesi untuk menegaskan pemeriksaan fisik sebelum
pembedahan.
f.
Elektromyografi
yang dapat menunjukkan lokasi lesi meliputi bagian akar saraf spinal.
g.
Epidural
venogram yang dapat menunjukkan lokasi herniasi.
h.
Lumbal
functur untuk mengetahui kondisi infeksi dan kondisi cairan cerebrospinal.
2.6 Gambaran
Klinis
HNP
lebih sering terjadi pada lumbal, sacrum dan cervical. Nyeri yang disebabkan
oleh HNP dikenal sebagai iskhialgia diskogenik atau siatika, yaitu nyeri
sepanjang perjalanan nervus ischiadikus. Level segmen tulang belakang yang
terkena akan mempengaruhi daerah nyeri sesuai distribusi dermatom. Nyeri
digambarkan sebagai nyeri yang tajam, berpangkal pada bagian bawah pinggang dan
menjalar ke lipatan bokong tepat di pertengahan garis tersebut. Dari titik
tersebut ke lipatan lutut terasa ngilu, dan dari lipatan lutut ke maleolus
eksterna terasa kurang enak atau parestesia atau hipestesia. Pada kasus yang
lebih parah, dapat terjadi defisit motorik dan melemahnya refleks. Jika radiks
yang terkena penonjolan diskus adalah L5-S1, maka ujung nyeri iskhialgik adalah
hipestesia atau parestesia yang melingkari maleolus eksternus dan menuju ke
jari kaki ke-4 dan ke-5. Diskus yang mengalami herniasi dapat menekan ujung
saraf di kauda equine sehingga dapat menyebabkan sindrom kauda equina dimana
terjadi saddle anasthesia sehingga menyebabkan nyeri kaki bilateral, hilangnya
sensasi perianal (anus), paralisis kandung kemih, dan kelemahan otot sfingter.
Sakit pinggang yang diderita pun akan semakin parah jika duduk, membungkuk,
mengangkat beban, batuk, meregangkan badan, dan bergerak. Syndrom perkembangan
lengkap syndrom sendi intervertebral lumbalis yang prolaps terdiri dari kekakuan/ketegangan,
kelainan bentuk tulang belakang.Nyeri radiasi pada paha, betis dan kaki.
Kombinasi paresthesiasi, lemah, dan
kelemahan refleks. Gambaran klinis
hernia cervicalis adalah parasthesi dan rasa sakit ditemukan di daerah
extremitas (sevikobrachialis), atrofi di daerah biceps dan triceps, refleks
biceps yang menurun atau menghilang dan otot-otot leher menjadi kaku. Berikut
adalah tanda dan gejala yang di timbulkan :
1) Nyeri
punggung yang menyebar ke ekstremitas bawah.
2) Spasme
otot.
3) Peningkatan
rasa nyeri bila batuk, mengedan, bersin, membungkuk, mengangkat beban berat,
berdiri secara tiba-tiba.
4) Kesemutan,
kekakuan, kelemahan pada ekstremitas.
5) Deformitas.
6) Penurunan
fungsi sensorik dan motorik.
7) Konstipasi,
kesulitan saat defekasi dan berkemih.
8) Tidak
mampu melakukan aktifitas yang biasanya dilakukan.
2.7 Diferensial
Diagnosis
Diferensial diagnosis atau sering
disingkat DD adalah metode
sistematis yang digunakan untuk mengidentifikasi kondisi, sindrom atau gangguan
yang menyebabkan pasien tanda-tanda dan gejala atau proses dimana kondisi
tertentu atau keadaan, yang disebut masalah yang diajukan atau keluhan utama,
yang diperiksa dalam hal yang mendasari faktor penyebab dan fenomena rangkap
sebagai dilihat oleh perspektif disipliner yang sesuai dan menurut beberapa
paradigma teoritis atau kerangka acuan, dan dibandingkan untuk kategori
diketahuinya suatu patologi. DD dilakukan oleh para ahli misalnya dokter atau
psikiater. DD dari penyakit HNP adalah strain lumbal, tumor dan rematik.
2.8 Komplikasi
Komplikasi dari HNP adalah kelemahan dan
atrofi otot, trauma serabut syaraf dan jaringan lain, kehilangan kontrol otot
sphinter, paralis / ketidakmampuan pergerakan, perdarahan dan infeksi serta
inflamasi pada tingkat pembedahan diskus spinal.
2.9 Pengobatan
Pengobatan
HNP dapat melalui 2 cara yaitu terapi dan operasi. Pererapan terapi pada pasien
HNP dapat berupa konservatif: istirahat mutlak di tempat tidur, terapi
farmakologis, fisioterapi, latihan, traksi, dan korset pinggang. Terapi
operatif dilakukan jika ditemukan indikasi, antara lain terdapat sindrom kauda
equine, mengalami defisit neurologis progresif, mengalami defisit neurologis
yang nyata, dan rasa sakit yang menetap dan semakin parah empat sampai enam
minggu setelah terapi konservatif. Sedangkan jika dilakukan operasi, jenis
pembedahan yang bisa dilakukan pada pasien HNP adalah Laminektomi (pemotongan
sebagian lamina di atas atau di bawah saraf yang tertekan), Laminektomi
(pemotongan sebagian besar lamina atau vertebra), dan Disektomi (pemotongan
sebagian atau keseluruhan diskus intervertebralis). Sementara, ada juga yang
disebut Minimally Invasive Operation. Dengan cara ini, insisi yang diperlukan
tidak lebar, dimungkinkannya visualisasi lokasi patologi melalui mikroskop atau
endoskop, trauma pembedahan yang dialami pasien jauh lebih sedikit, dan pasien
dapat pulih lebih cepat.
Thank mba menambah ilmu buat saya..
BalasHapusterimakasih buat artikelnya... sangat bermanfaat sob...
BalasHapushttp://cv-pengobatan.com/pengobatan-alami-radang-panggul/
Kemungkinan untuk sembuh tanpa operasi bisa ga ya, karna operasi sendiri prosentasi sembuh kan ga 100%?
BalasHapusSaya terkena hnp pada L4 L5 dan L5 S1, karna yang saya yakin dengan " semua penyakit pasti ada obatnya" cuma saya belum ketemu dengan penyembuhan hnp tanpa operasi..
Thanks untuk share nya..
Saya mo kirim file hasilnrontgen lumbosacral untuk minta dibaca bisa gk ya? coz saya ada tanda hnp (pernah beberapa x kambuh smp tidak bisa gerak apa2 karena sakitnya luar biasa). namun menurut dokter radiologi kondisi masih normal. saat saya foto kondisi sedang tidak kambuh.
BalasHapus